This article unearths two Jawi manuscripts pertaining to Muslim miracle-workers, or pawangs, who were key intermediaries of agrarian change in the interior of modern Malaya. These compendia of frontier patois are analysed to recount a history of rice worlds and environments wherein forest clearing and rice cultivation were directly associated with the Islamic esoteric science (ilmu) of pawangs. As professional miracle-workers, pawangs were employed to spearhead a broad range of socio-economic activities in western Malaya. As pivots of cults joined by Malay peasants, pawangs were venerated as heirs of agrarian prophets and saints from earlier Islamic periods, and esteemed for their fertility rituals and miracles in contemporary forests and ricefields. This article analyses the elaborate Islamic genealogies of pawangs and popular historical traditions that were recorded in these texts, and investigates how these documents were informative about the religio-economic sensibilities of cultivators. This article also pays particular attention to how pawangs negotiated with a variety of Islamic and African spirits in Malayan forests, to lead forest clearing and rice production and to mobilize labourers. It further presents explorations into the social and spiritual cosmopolitanism of pawangs and peasants upon the modern Malay frontier, whose labour and connected histories are yet to be written.
kitab ilmu gaib pdf 81 5
Download File: https://tlniurl.com/2vIn1L
Tentu masih banyak dalil yang menunjukkan bahwasanya ilmu Allah azali berkaitan dengan apa yang Allah akan ciptakan itu dicatat di Lauhul Mahfudzh, dan oleh karena itu catatannya menuliskan kejadian hingga hari kiamat, karena setelah hari kiamat tidak ada lagi ujung kehidupan.
Kelompok Qadariyah ini maksudnya adalah kelompok Qadariyah yang paling fanatik. Qadariyah ekstrem ini, sikap mereka terhadap takdir adalah mengingkari ilmu Allah azali (عِلْمُ اللهِ السَّابِق) dan pencatatan (الكِتَابَة), jadi mereka mengingkari tingkatan pertama dan kedua dari tahapan-tahapan (rangkaian) takdir. Dan jika mereka menginkari tingkatan ilmu Allah azali, maka seharusnya melazimkan mereka mengingkari semua tingkatan, karena penciptaan (eksekusi) juga dibangun oleh ilmu Allah sebelum mencipta. Demikian juga kehendak tidak terbayangkan kecuali diatas ilmu.
Secara sepintas akidah ini sangat logis, akan tetapi kenyataannya tidak benar. Kesalahannya terletak pada poin di mana Allah ﷻ tidak memiliki andil dalam keberhasilan sang hamba dalam melewati ujian, Allah hanya mengetahui dan menjelaskan tentang ilmu tersebut, adapun yang menjalankan takdir adalah sang hamba itu sendiri. Ketahuilah bahwa inilah akidah Qadariyah, karena Qadariyah mengatakan bahwa Allah ﷻ hanya sekadar mengetahui dan mencatat, akan tetapi Allah tidak berkehendak terhadap hamba-hamba-Nya. Maka analogi ini salah dari tiga sisi: (1) guru hanya sekadar mengetahui, (2) guru tidak berkehendak, (3) dan guru tidak melakukan eksekusi.
2ff7e9595c
Comments